Langsung ke konten utama

REPRESENTASI #KRENTEG



KIDUNG PEKHATIK



Duhai,...

Raga penat tak jua lena
Meski sang malam bertambah tua
Ada samar bayang bercahaya
Meraja disudut-sudut mata

Duhai,....
Cahaya apa yang kau pancarkan
Oh Sang Dewi
Hingga Bthara Surya-pun mampu kau taklukan
Apalah arti hamba dina ini
Menatap matamu
Sebening baiduri

Duhai,...
Tatkala telapak tanganku
Yang selalu akrab dengan ilalang berdebu
Kau sentuh dengan jemari teratai selembut beludru

Tlah kau tancapkan
Duri asmara kejantung kalbuku

Oh Bhatara Bayu,...
Haturkanlah senandung cinta ini
Keharibaan Sang Putri
Jelmakanlah menjadi buai mimpi

Duhai,...
Kuluruh dikeelokan rambutmu
Yang tebarkan wewangian swargaloka

Oh,..
Sang Padmasari,
Kuharap esok pagi,
Rela kau cucurkan kedalam jiwaku yang kehausan
Setitik madu santapan Para dewa
Yang terwakili pada ulas senyuman.

Diambil dari serat Asmaradhana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Tak Tahu

Sampai hari ini aku tidak tahu dengan yang aku rasakan. Atau aku tidak mengerti sebenarnya dengan keadaan yang sekarang. Ah, aku benar-benar bingung. Jika engkau #KerlipKaca mulai menjauh atau tidak ingin mengenalkulagi, maka aku akan mengejarmu dengan langkah perlahan. Aku tidak percaya dengan keadaanku saat ini. Entah kenapa perasaan ini tidak pernah surut. Meskipun ada beberapa wanita yang mendekatiku. Jika engkau adalah wanita yang aku harapkan, atau minimal engkau jodoh yang aku harapkan, maka kenapa aku tidak melihat atau merasakan tanda-tanda itu? Ah, dunia memang penuh dengan misteri. Aku merasa tidak ingin meninggalkanmu, meskipun cukup berdaya untuk melakukannya. Rasanya aku ingin bercerita sejak awal. Pada hari itu, kita sering bertemu ketika rapat pengurus sebuah organisasi profesi. Ketika pertama kali bertemu denganmu aku merasakan sesuatu yang berbeda, indah. Melalui matamu yang teduh oleh coretan pinsil hitam--atau sering disebut celak. Sejak saat itu aku sering

Lebur

Perkataan itu adalah resah Doa tak ikhlas terucap Beberapa temaliku lantas terurai Selebihnya aku berpura-pura sabar Berpura-pura tidak terjadi apa-apa Lalu apa yang mampu mengalpakan hampa? Aku pikir prologku semacam doa Beberapa yang kutulis secara tak sadar baru tersadar Berhentikah aku? Semarang, 9 Mei 2018

Palung Tak Berujung

PALUNG TAK BERUJUNG Di hamparan laut ini aku terkapar Aku selalu berharap pada gulungan ombak Buih putih menggelitik pikiran liarku Dari jarak seribu langkah kulihat titik hitam berlarian Ombak nakal memeluknya Cemburu aku dan ingin berlari Menantang kerasnya gelombang Sebab imajinasiku terpatri pada seorang perempuan Mengenakan pakaian hitam Setiap ujung pakaiannya dibawa angin Lihatlah kau ke tepian warna hijau tua itu Segelintir manusia saja yang mampu menaklukannya Lalu lihatlah mataku dan rasakan Tak kan kau temui ujungnya Akan kau rasakan buai pusaran di sana Di sinilah.... Kataku sambil memukul dada Palung tak berujung Yogyakarta, 18 April 2016