Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Kosong

Aku... Tak tahu harus bagaimana

Palung Tak Berujung

PALUNG TAK BERUJUNG Di hamparan laut ini aku terkapar Aku selalu berharap pada gulungan ombak Buih putih menggelitik pikiran liarku Dari jarak seribu langkah kulihat titik hitam berlarian Ombak nakal memeluknya Cemburu aku dan ingin berlari Menantang kerasnya gelombang Sebab imajinasiku terpatri pada seorang perempuan Mengenakan pakaian hitam Setiap ujung pakaiannya dibawa angin Lihatlah kau ke tepian warna hijau tua itu Segelintir manusia saja yang mampu menaklukannya Lalu lihatlah mataku dan rasakan Tak kan kau temui ujungnya Akan kau rasakan buai pusaran di sana Di sinilah.... Kataku sambil memukul dada Palung tak berujung Yogyakarta, 18 April 2016

Pohon Kamboja

POHON KAMBOJA Setelah matahari datang aku mengambil pohon itu Aku siram dengan air Sesekali kuberi potongan-potongan daun Aku mendekatkan hidungku pada pohon itu Menarik nafas panjang, aku ulang berkali-kali Hampir setiap hari Sejak aku menanamnya aku belum pernah mendapati bunga mekar padanya Jika daun menguning mungkin iya Tak apa... Setidaknya kau mampu memberi oksigen Ya, matilah aku tanpa oksigen Sampai bibirmu mengatakan "ya" mungkin bunga itu tak pernah mekar Lalu menjalar ke jantung hati Itu saja Magelang, 9 Oktober 2017

LEBIH DARI TAJ MAHAL

LEBIH DARI TAJ MAHAL Kelabu menyapu seluruh kaki langit barat Kurang lebih mampu melukiskan setiap detik yang kurasakan Aroma tanah dan rumput menjelajah isi otak lalu menjelma ke pikiran Merupakan terapi tak tertandingi saat itu Semacam mantra berkali-kali kukembangkan dada menjelang tersirep Semua berawal oleh sebuah mulut Adalah lukisan keadaanmu yang memabukkan lahir dan batinku Di sela-sela kesadarankku kusampaikan doa khusus Berinstrumenkan denyut jantung dan darah melebihi biasanya Bersama menjumpai kepastian melalui lorong-lorong rumah sakit. Seketika perasaan mulai mekar setelah lukisan keadaanmu lebih cerah Puji syukur bagi Gusti Alloh yang telah menyayangi umat Ini...mapu menandingi pembuktian Kaisar Mughal Shah Jahan dengan Taj Mahal-nya Bagiku...melebihi batas kemampuanku merupakan pembuktian adikarya Mampu menciptakan komunikasi dengan pencipta. Bongkahan kelabu pada senja yang menua Tampak sinar matamu bagai pisau den

REPRESENTASI #KRENTEG

KIDUNG PEKHATIK Duhai,... Raga penat tak jua lena Meski sang malam bertambah tua Ada samar bayang bercahaya Meraja disudut-sudut mata Duhai,.... Cahaya apa yang kau pancarkan Oh Sang Dewi Hingga Bthara Surya-pun mampu kau taklukan Apalah arti hamba dina ini Menatap matamu Sebening baiduri Duhai,... Tatkala telapak tanganku Yang selalu akrab dengan ilalang berdebu Kau sentuh dengan jemari teratai selembut beludru Tlah kau tancapkan Duri asmara kejantung kalbuku Oh Bhatara Bayu,... Haturkanlah senandung cinta ini Keharibaan Sang Putri Jelmakanlah menjadi buai mimpi Duhai,... Kuluruh dikeelokan rambutmu Yang tebarkan wewangian swargaloka Oh,.. Sang Padmasari, Kuharap esok pagi, Rela kau cucurkan kedalam jiwaku yang kehausan Setitik madu santapan Para dewa Yang terwakili pada ulas senyuman. Diambil dari serat Asmaradhana