Langsung ke konten utama

Intro


Aku menulis ini malam pukul 21:00 (30/12) persis setelah hujan deras reda. Ini sebuah permulaan aku dalam proses elaborasi setelah vakum lama banget tidak menulis. Mungkin tulisan-tulisan sebelumnya lebih ke puisi, tapi selanjutnya aku mau menceritakan keseharianku. Tentu juga bukan berarti aku melupakan atau bahkan tidak sama sekali untuk menulis puisi.

Menulis menjadi alternatif sebagai pencatatan harianku setelah sebelumnya sebenarnya lebih senang merekam dalam bentuk video. Lagi pula video tersebut juga tidak tertata dengan rapi, jadi hanya tumpukan file video yang susah untuk diklasifikasikan di masa sekarang. Ah, dasar memang aku pemalas. Selain itu, karena kamera sedang bermasalah, eh bukan kameranya tapi kapasitas memori handphoneku sudah penuh. Kali ini bukan penuh oleh puluhan vide, tapi file aset game, hihi.

Oh iya, jika aku merekam dengan fomat video untuk aktivitasku rasanya memakan banyak waktu untuk proses pemilihan video yang mau dipakai serta editing. Lagipula masih sedikit tabu untuk merekam setiap momen setiap hari, meskipun aku sudah sedikit terbiasa daripada orang lain di sekitarku sih.

Harapanku permulaan menulis sebelum ganti tahun supaya ketika tepat tanggal 1 Januari aku sudah seikit ada kebiasaan menulis. Yaelah, ternyata sekarang tanggal 30 Desember ding. Ah, tidak mengapa. Masih ada watu satu hari untuk mempersiapkan ala kadarnya.

Desember, 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPRESENTASI #KRENTEG

KIDUNG PEKHATIK Duhai,... Raga penat tak jua lena Meski sang malam bertambah tua Ada samar bayang bercahaya Meraja disudut-sudut mata Duhai,.... Cahaya apa yang kau pancarkan Oh Sang Dewi Hingga Bthara Surya-pun mampu kau taklukan Apalah arti hamba dina ini Menatap matamu Sebening baiduri Duhai,... Tatkala telapak tanganku Yang selalu akrab dengan ilalang berdebu Kau sentuh dengan jemari teratai selembut beludru Tlah kau tancapkan Duri asmara kejantung kalbuku Oh Bhatara Bayu,... Haturkanlah senandung cinta ini Keharibaan Sang Putri Jelmakanlah menjadi buai mimpi Duhai,... Kuluruh dikeelokan rambutmu Yang tebarkan wewangian swargaloka Oh,.. Sang Padmasari, Kuharap esok pagi, Rela kau cucurkan kedalam jiwaku yang kehausan Setitik madu santapan Para dewa Yang terwakili pada ulas senyuman. Diambil dari serat Asmaradhana

Aku Tak Tahu

Sampai hari ini aku tidak tahu dengan yang aku rasakan. Atau aku tidak mengerti sebenarnya dengan keadaan yang sekarang. Ah, aku benar-benar bingung. Jika engkau #KerlipKaca mulai menjauh atau tidak ingin mengenalkulagi, maka aku akan mengejarmu dengan langkah perlahan. Aku tidak percaya dengan keadaanku saat ini. Entah kenapa perasaan ini tidak pernah surut. Meskipun ada beberapa wanita yang mendekatiku. Jika engkau adalah wanita yang aku harapkan, atau minimal engkau jodoh yang aku harapkan, maka kenapa aku tidak melihat atau merasakan tanda-tanda itu? Ah, dunia memang penuh dengan misteri. Aku merasa tidak ingin meninggalkanmu, meskipun cukup berdaya untuk melakukannya. Rasanya aku ingin bercerita sejak awal. Pada hari itu, kita sering bertemu ketika rapat pengurus sebuah organisasi profesi. Ketika pertama kali bertemu denganmu aku merasakan sesuatu yang berbeda, indah. Melalui matamu yang teduh oleh coretan pinsil hitam--atau sering disebut celak. Sejak saat itu aku sering ...

LEBIH DARI TAJ MAHAL

LEBIH DARI TAJ MAHAL Kelabu menyapu seluruh kaki langit barat Kurang lebih mampu melukiskan setiap detik yang kurasakan Aroma tanah dan rumput menjelajah isi otak lalu menjelma ke pikiran Merupakan terapi tak tertandingi saat itu Semacam mantra berkali-kali kukembangkan dada menjelang tersirep Semua berawal oleh sebuah mulut Adalah lukisan keadaanmu yang memabukkan lahir dan batinku Di sela-sela kesadarankku kusampaikan doa khusus Berinstrumenkan denyut jantung dan darah melebihi biasanya Bersama menjumpai kepastian melalui lorong-lorong rumah sakit. Seketika perasaan mulai mekar setelah lukisan keadaanmu lebih cerah Puji syukur bagi Gusti Alloh yang telah menyayangi umat Ini...mapu menandingi pembuktian Kaisar Mughal Shah Jahan dengan Taj Mahal-nya Bagiku...melebihi batas kemampuanku merupakan pembuktian adikarya Mampu menciptakan komunikasi dengan pencipta. Bongkahan kelabu pada senja yang menua Tampak sinar matamu bagai pisau den...